Love Story "Heart"
Suasana sekolah yang cukup tenang pagi ini. Tak seperti biasanya. Atau mungkin ini hanyalah perasaanku saja. Seperti ada yang kurang. Tapi entah apa yang membuat pagi ini serasa membosankan.
“Dian.” Aku menoleh saat ada suara seseorang yang memanggilku. Rupanya Dilla. “Ian, ada apa sama Rain?” dia langsung membingungkaku dengan pertanyaannya. “maksud kamu?” tanyaku bingung. “dari tadi pagi dia cemberut terus, dan sekarang dia ngilang ga tau kemana.” Jelas Dilla. “ohh.. thanks ya informasinya.” Kataku sambil tersenyum lalu berlalu pergi meninggalakan Dilla yang seperetinya agak kesal dengan kelakuanku.
Aku berjalan menuju ruang kesenian. Kuyakin pasti Rain ada disana, karena setahuku jika dia sedang ada masalah, dia akan pergi kesana. Dan benar saja. Dia sedang duduk sambil memainkan piano. Terdengar suana alunan harmonis yang membentuk sebuah nada-nada indah. Lagu Acha dan Irwansyah yang berjudul My Heart yang sedang ia mainkan. Ku raih gitar yang tersandar di pojok ruangan. Lalu aku menemaninya. Duduk di sampingnya sambil mengiringi alunan piano dengan petikan gitarku.
“bila kita mencintai yang lain
Mungkinkah hati ini akan tegar
Sebisa mungkin... tak akan pernah
Sayangku akan hilang...”
Terlihat raut wajahnya sangat menghayati lagu ini. Dan sepertinya ia habis menangis. Terdengar dari suaranya yang agak serak dan matanya yang agak bengkak.
“if we love somebody could we be this strong
I will fight to win our love will conquer all
I wouldn’t risk my love
Even just one night
Our love will stay in my heart...”
Kali ini aku juga ikut bernyanyi. Menyadarkan Rain bahwa aku sejak tadi ada di sampingnya. Ia menakhiri alunan pianonya lalu menoleh padaku. Kali ini dia kembali menangis dan secara spontan memeluku. Aku tak berani bicara apapun. Ku biarkan saja ia menangis dalam pelukanku. Sebenarnya aku bingung apa yang terjadi pada gadis ini. Tapi kurasa dia belum tenang. Jadi kutunggu sampai ia agak baikan.
Beberapa menit berlalu. Kurasa ia sudah agak tenang sekarang. Ia mulai melepaskan pelukannya padaku dan menyeka air matanya dengan tangannya. Ku ambil sapu tangan warna putih bersih dari sku celanaku lalu ku berikan padanya. “thanks” katanya dengan suarannya yang agak serak.
Setelah ia membersihkan air matanya, aku mulai berbicara. “kamu kenapa?” tanyaku halus. “kamu gak perlu tau.” Jawabnya. Aku mengangguk. lalu ku sentuh pundaknya. “aku selalu ada buat kamu Rain.” Kataku meyakinkannya. “aku lagi pengen sendiri.” Katanya. Aku tahu jika seorang wanita memang memerlukan waktu sendiri jika sedang ada masalah. Aku mulai berdiri dan akan pergi. Tapi Rain menggenggam tanganku. “nanti malem temenin aku ke pantai.” Pintanya sambil menunduk. Lalu ia melepaskan tanganku. Dan aku pun berlalu pergi meninggalkannya sendiri.
*****
Senja terlihat indah di pantai ini. Bersama dengan malam yang sebentar lagi akan datang. Desiran ombak membuat harmoni malam ini begitu terasa miris. Begitu juga dengan hembusan angin yang semakin kencang menerpa tubuhku.
Aku duduk di tempat biasa aku diam dengan Rain. Di tempat ini aku biasa melihat matahari terbenam bersamanya. Sebuah gitar berada di pangkuanku. Aku yakin aku memerlukan gitar ini untuk menghiburnya. Aku sebenarnya masih bingung dengan yang terjdi padanya. tapi aku mengerti tentang perasaan wanita. Aku tak mungkin begitu saja memaksanya untuk menceritakan masalahnya. Jadi, aku lebih baik berada di sisinya. Menemaninya walaupun aku tak tahu apa yang terjadi padanya.
Beberapa puluh menit kemudian Rain datang. Ia terlihat cantik dengan swetwr warna merah muda dan rok sebahu yang ia kenakan. Tapi tetap saja raut weajahnya tak berubah. Masih seperti tadi pagi. Hanya saja sekarang ia sudah mulai tersenyum padaku.
“sorry telat.” Katanya padaku. “gapapa koq.” Jawabku sambil tersenyum. Ia lalu duduk di sampingku lalu diam. Diam sambil memandang laut. Entah apa yang ia pikirkan. Aku pun sama sepertinya, ikut terdiam memandang laut yang kini telah gelap gulita karena senja telah menghilang oleh kegelapan malam.
“dunia itu aneh ya.” Katanya sambil tersenyum sinis. Aku hanya terdiam tak mengerti. Rain menarik nafas panjang. “disaat kita sedang benar-benarmencintai seseorang. Orang itu malah pergi meninggalkan kita.” Katanya lagi. Aku semakin bingung tak mengerti. Apa yang terjadi padanya. kemudian ia menoleh padaku. “Rendi...” Nama itu yang terucap dari bibirnya. Aku mengkerutkan keningku tanda tak mengerti. Aku kenal Rendi. Dia adalah pacar Rain. Mereka sudah 3 tahun menjalin hubungan. Dan kurasa mereka saling mencintai. Lalu, kenapa dengan Rendi? Ada apa dengan dia?. “Rendi kecelakaan...” Air mata Rain mulai mambasahi pipinya. “dia meninggal dunia.” Aku terkejut bukan main. jadi itu adalah penyebab kesedihan Rain. Kupeluk ia dan kubiarkan ia menangis dalam pelukanku. Aku tak menyangka Rendi akan pergi secepat itu meninggalkan Rain. Aku tahu, gadis ini sangat mencintainya, begitupun Rendi. Sementara itu tangisdan rain semakin keras terdengar membelah kesunyian malam.
Lama sekali ia menangis dalam pelukanku. Menangisi takdir akan kisah cintanya yang berakhir tragis. ” kita enggak bisa merubah takdir Tuhan. Itu semua kehendak Tuhan.” Aku mencoba menghiburnya. Dan seketika tangisannya berhenti. Ia melepaskan pelukannya padaku lalu. “thanks ya Ian?” kini ia telah bisa tersenyum, meski hanya senyuman kosong yang ia berikan. Aku membalas senyumannya. Lalu ia mengeluarkan harmonika dari sakunya dan memainkan kembali lagu My Heart, sedangkan aku bernyanyi dan mengiringi harmonikannya dengan alunan gitarku.
Suasana malam yang cukup menyedihkan bagiku. Aku bisa merasakan bagaimana rasanya kehilangan seorang yang dicintai. Tapi cobalah pandang kearah langit. Masih banyak harapan-harapan disana. Sebanyak bintang yang gemerlapan di langit.
“if we love somebody could we be this strong
I will fight to win our love will conquer all
I wouldn’t risk my love
Even just one night
Our love will stay in my heart...
My heart...”
--_TAMAT_--
